BAB VI
|
KAJIAN HASIL ON THE JOB LEARNING (KONDISI IDEAL, KONDISI NYATA, KESENJANGAN DAN ALTERNATIF SOLUSI PERMASALAHAN)
1. Kajian
RKS dan RKJM
Setelah
mempelajari cara penyusunan rencana kerja sekolah (RKS) dan mengkaji RKS/RKJM
SMA Negeri Jatinangor dan SMA Negeri Cimanggung penulis mengerti dan memahami dua cara penyusunan RKS/RKJM diantaranya model RKS/RKJM yang
dikembangkan oleh DBE dan RKS/RKJM yang disusun berdasarkan hasil rekomendasi
EDS.
Pemahaman penulis tentang
penyusunan RKS belum sepenuhnya secara sempurna, dikarenakan belum pernah
menyusun RKS secara lengkap. Untuk mengoptimalkan dalam penguasaan kompetensi penulis tentang
penyusunan RKS/RKJM, penulis mengharapkan agar dalam penyusunan RKS pada tahun mendatang dapat dilibatkan secara langsung guna
mempraktekkan ilmu yang telah dimiliki dari hasil OJL.
2. Kajian Pengelolaan Kurikulum
Setelah mempelajari materi pembelajaran
pengelolaan kurikulum yang di lengkapi dengan dokumen 1 dan dokumen 2 kemudian
mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah tempat magang baik di sekolah sendiri
maupun sekolah lain, penulis lebih mengerti tentang pengelolaan kurikulum
sekolah, proses penyusunan kurikulum, bentuk-bentuk silabus dan RPP. Penulis
belum secara maksimal mampu menyusun silabus dan RPP yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, dan menantang sesuai
dengan SK dan KD yang dikembangkan. Untuk memaksimalkan kompetensi pengelolaan
kurikulum sekolah, termasuk penyusunan silabus dan RPP yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, dan menantang, penulis akan lebih banyak belajar dan
berusaha untuk selalu terlibat secara langsung dalam penyusunan dan
pengembangan kurikulum sekolah dengan tim pengembang sekolah.
3. Kajian Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Setelah mempelajari data
pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan kemudian mengkaji pengelolaan
pendidik dan tenaga kependidikan sekolah tempat magang, penulis mengetahui
keadaan guru dan pegawai, kualifikasi pendidikan, serta memahami pengaturan
pembagian tugasnya masing-masing. Penulis juga memahami kompetensi pendidik dan
tenaga kependidikan setelah mempelajari permendiknasyang berhubungan dengan
pendidik dan tenaga kependidikan.Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah magang sebaiknya dapat diidentifikasi dan dipetakan oleh kepala sekolah
untuk menjadi pertimbangan dalam pembagian tugas dan pembinaannya secara
berkelanjutan. Untuk itu sebagai calon kepala sekolah, penulis berharap ada
penilaian atau uji kompetensi bagi guru-guru untuk mengetahui tingkat kompetensinya
supaya lebih profesional.
4. Kajian Sarana dan Prasarana (SARPRAS)
Setelah mempelajari dan
mengkaji bahan pembelajaran pengelolaan sarana dan prasarana sekolah tempat
magang, penulis mengetahui sumber daya sarana dan prasarana yang dimiliki
sekolah magang. Penulis juga mendapat gambaran pemahaman perencanaan pengadaan,
pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan sarana prasarana sekolah. Standar
sarana dan prasarana sekolah menurut permendiknas nomor 24 tahun 2007 harus
dijadikan sebagai acuan/patokan dalam perencanaan pengadaan sarana dan
prasarana sekolah.
5. Kajian Pengelolaan Peserta Didik
Setelah mempelajari bahan
pembelajaran pengelolaan peserta didik kemudian mengkaji pengelolaan peserta
didik sekolah tempat magang, penulis memiliki pemahaman tentang PPDB, bahwa besarnya minat orang tua siswa yang ingin menyekolahkan putra-putrinya di
SMAN Jatinangor merupakan satu masalah tersendiri dalam pengelolaan sekolah
terkhusus pada proses penerimaan calon siswa. Jumlah pendaftar setiap tahunnya
jauh melebihi kapasitas daya tampung yang dipersiapkan sekolah. Bertambahnya
sekolah-sekolah baru yang ada di kecamatan Jatinangor tidak mengurangi jumlah
pendaftar calon siswa baru setiap tahun. SMAN Jatinangor adalah sekolah yang
dijadikan prioritas utama oleh para pendaftar.
Mengantisipasi adanya
protes-protes terhadap hasil seleksi penerimaan calon siswa baru maka
tahapan-tahapan seleksi termasuk kriteria kelulusan hendaknya disosialisasikan
kepada orang tua calon siswa, masyarakat ataupun pihak lain yang memiliki kepentingan
untuk itu.
Menurut pengalaman penulis
selama mengabdi di SMAN Jatinangor, hal yang tidak bisa dihindari oleh kepala
sekolah dan panitia seleksi PPDB adalah adanya nota-nota sakti dari
pejabat-pejabat daerah yang menginginkan agar calon siswa tertentu diterima
tanpa memperhatikan persyaratan normatif dari calon siswa tersebut. Hal inilah
yang sering menjadi sorotan masyarakat umum sehingga mereka juga berharap
diperlakukan sama artinya anak-anak mereka juga harus dinyatakan lulus dan
diterima sebagai calon siswa baru SMAN Jatinangor. Dengan banyaknya
kejadian-kejadian seperti tersebut, akhirnya jumlah siswa yang sedianya hanya
untuk 36 siswa perkelas menjadi sampai 40 perkelas dengan terlebih dahulu
memperoleh rekomendasi dari Dinas Pendidikan.
Perencanaan penerimaan
peserta didik baru, dan pengetahuan tentang kegiatan-kegiatan pengembangan diri
siswa yang dikembangkan berdasarkan bakat, minat, kreativitas dan kemampuan
siswa. Untuk mengembangkan penguasaan kompetensi dalam pengelolaan peserta didik,
penulis akan lebih banyak membaca bahan-bahan pembelajaran terkait pengelolaan
peserta didik dari berbagai sumber.
6. Kajian Pengelolaan Keuangan
Setelah mempelajari dan
mengkaji pengelolaan keuangan sekolah
tempat magang, penulis dapat mengetahui sumber-sumber keuangan sekolah yang
diterima baik dari pusat (APBNP) maupun daerah (APBD 1 dan APBD 2) dan orang
tua siswa melalui komite sekolah.Serta dapat memahami rencana anggaran kegiatan
sekokah (RAKS) untuk merencanakan program kegiatan sekolah yang mencakup
delapan standar. Namun penulis masih
kurang memahami pengetahuan mengenai bentuk laporan pertanggung jawaban
penggunaan keuangan sekolah hanya sedikit mengetahui tentang cara penyusunan
SPJ dalam setiap kegiatan. Untuk memaksimalkan penguasaan tentang pengelolaan
keuangan sekolah secara keseluruhan, penulis harus mempelajari contoh laporan
pertanggungjawaban keuangan sekolah tempat magang.
7. Kajian TIK dalam Pembelajaran
Setelah mempelajari dan mengkaji
TIK dalam pembelajaran kemudian mengkaji pemanfaatan TIK dalam pembelajaran
sekolah tempat magang, penulis mendapat informasi tentang sumber daya sarana
dan prasarana yang dimiliki sekolah yang masuk dalam ketegori TIK serta
mendapat gambaran kompetensi pendidik (guru) dalam penguasaan TIK.
Televisi dan tape recorder
adalah salah satu teknologi informasi dan komunikasi yang tetap harus di gunakan dalam pembelajaran di SMAN
Jatinangor. Hanya saja pemanfaatannya masih belum maksimal karena dari dua unit TV yang dimiliki sekolah tidak
berfungsi. Guru yang memanfaatkan
tape recorder dalam pembelajaran hanya guru-guru bahasa Indonesia, bahasa
Inggris, bahasa sunda, bahasa Jepang,
dan kesenian.
Komputer adalah teknologi yang
sudah belasan tahun terakhir sangat banyak digunakan dalam pembelajaran.
Komputer sangat banyak membantu guru dalam menampilkan macam-macam peragaan
yang sulit dilakukan guru dengan alat lainnya. Misalnya, guru biologi dapat
dengan mudah memperagakan organ-organ tubuh dengan bantuan komputer dan masih
banyak lagi kemudahan lainnya. Guru-guru dapat menganalisis hasil ulangan
dengan cepat dengan menggunakan pasilitas pengolah angka pada komputer.
Singkatnya, komputer dengan berbagai program yang tersedia di dalamnya sangat
bermanfaat dalam menunjang keberhasilan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Sekitar
90% guru SMA Negeri Jatinangor sudah memiliki komputer pribadi atau laptop dan
sekitar 85% sudah mampu mengoperasikan komputer dasar. Semua perangkat
pembelajaran guru sudah diketik dengan menggunakan komputer, artinya tidak ada
lagi silabus atau RPP yang diketik dengan menggunakan mesin ketik atau ditulis
tangan.
Kemampuan guru dalam
mengoperasikan komputer masih tingkat menengah. Hanya sekitar 45 orang guru
dari 60 orang guru yang sudah menguasai
beberapa program komputer misalnya MS Word, MS Excel dan Power Point. Sebagai
peserta diklat Cakep pada kegiatan OJL, penulis berbagi ilmu kepada teman-teman
guru SMAN Jatinangor tentang beberapa fasilitas MS. Word dan MS. Excel misalnya
penggunaan Mail Merger, menganalisis ulangan dengan pengolah angka (MS. Excel).
8. Kajian Tenaga Administrasi Sekolah
Setelah mempelajari dan
mengkaji TAS dalam pembelajaran, kemudian mengkaji pemanfaatan TAS, penulis
dapat mengetahuiempat dimensi kompetensi TAS
yang diharapkan dapat dibina oleh kepala sekolah berdasarkan permendiknas nomor
24 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah. Kemudian setelah
wawancara dengan kepala sekolah,
kepala tenaga
administrasi dan pengalaman penulis mengabdi di
sekolah magang, model pembinaan yang berupa pemberian sanksi dan
reward belum dilakukan kepala sekolah. Bentuk pembinaan dengan pemberian sanksi
dapat dilakukan bagi tenaga administrasi yang sudah banyak melakukan
pelanggaran-pelanggaran sesuai dengan kode etik, tugas dan fungsinya. Demikian pula
bentuk pembinaan dengan pemberian reward atau penghargaan bagi tenaga
administrasi yang memiliki prestasi supaya mereka lebih semangat dalam
menjalankan tugas-tugas dan fungsinya.
9. Kajian Sistem Monitoring dan Evaluasi
Setelah mempelajari dan mengkaji bahan pembelajaran monitoring dan
evaluasi program sekolah, penulis memahami pengertian, tujuan, prinsip dan
proses monitoring dan evaluasi (monev) program sekolah. Penulis belum
mendapatkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh sekolah magang
berdasarkan prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi sehingga belum memperoleh
pengetahuan yang optimal, yaitu paham secara teori dan praktek. Untuk
meningkatkan penguasaan kompetensi penulis dalam pelaksanaan monitoring dan
evaluasi program sekolah, maka penulis berharap agar dapat dilibatkan secara
langsung dalam pelaksanaan monev program-program sekolah didalam waktu dan
kesempatan lain atau di tahun yang akan datang.
trims atas muatan nya pak,mohon bantuannya lagi tentang laporannya yg lengkap pak,
BalasHapus