Jumat, 26 April 2013

BAB VI



 BAB VI

KAJIAN HASIL ON THE JOB LEARNING (KONDISI IDEAL, KONDISI NYATA, KESENJANGAN DAN ALTERNATIF SOLUSI PERMASALAHAN)


1.    Kajian RKS dan RKJM
Setelah mempelajari cara penyusunan rencana kerja sekolah (RKS) dan mengkaji RKS/RKJM SMA Negeri Jatinangor dan SMA Negeri Cimanggung penulis  mengerti dan memahami dua cara penyusunan RKS/RKJM diantaranya model RKS/RKJM yang dikembangkan oleh DBE dan RKS/RKJM yang disusun berdasarkan hasil rekomendasi EDS.
Pemahaman penulis tentang penyusunan RKS belum sepenuhnya secara sempurna, dikarenakan belum pernah menyusun RKS secara lengkap. Untuk mengoptimalkan dalam  penguasaan kompetensi penulis tentang penyusunan RKS/RKJM, penulis mengharapkan agar dalam penyusunan RKS  pada tahun mendatang  dapat dilibatkan secara langsung guna mempraktekkan ilmu yang telah dimiliki dari hasil OJL.
2.    Kajian Pengelolaan Kurikulum
Setelah mempelajari materi pembelajaran pengelolaan kurikulum yang di lengkapi dengan dokumen 1 dan dokumen 2 kemudian mengkaji pengelolaan kurikulum sekolah tempat magang baik di sekolah sendiri maupun sekolah lain, penulis lebih mengerti tentang pengelolaan kurikulum sekolah, proses penyusunan kurikulum, bentuk-bentuk silabus dan RPP. Penulis belum secara maksimal mampu menyusun silabus dan RPP yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan  menantang sesuai dengan SK dan KD yang dikembangkan. Untuk memaksimalkan kompetensi pengelolaan kurikulum sekolah, termasuk penyusunan silabus dan RPP yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang, penulis akan lebih banyak belajar dan berusaha untuk selalu terlibat secara langsung dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah dengan tim pengembang sekolah.
3.    Kajian Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Setelah mempelajari data pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan kemudian mengkaji pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah tempat magang, penulis mengetahui keadaan guru dan pegawai, kualifikasi pendidikan, serta memahami pengaturan pembagian tugasnya masing-masing. Penulis juga memahami kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan setelah mempelajari permendiknasyang berhubungan dengan pendidik dan tenaga kependidikan.Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sekolah magang sebaiknya dapat diidentifikasi dan dipetakan oleh kepala sekolah untuk menjadi pertimbangan dalam pembagian tugas dan pembinaannya secara berkelanjutan. Untuk itu sebagai calon kepala sekolah, penulis berharap ada penilaian atau uji kompetensi bagi guru-guru untuk mengetahui tingkat kompetensinya supaya lebih profesional.
4.    Kajian Sarana dan Prasarana (SARPRAS)
Setelah mempelajari dan mengkaji bahan pembelajaran pengelolaan sarana dan prasarana sekolah tempat magang, penulis mengetahui sumber daya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah magang. Penulis juga mendapat gambaran pemahaman perencanaan pengadaan, pemeliharaan, inventarisasi dan penghapusan sarana prasarana sekolah. Standar sarana dan prasarana sekolah menurut permendiknas nomor 24 tahun 2007 harus dijadikan sebagai acuan/patokan dalam perencanaan pengadaan sarana dan prasarana sekolah.
5.    Kajian Pengelolaan Peserta Didik
Setelah mempelajari bahan pembelajaran pengelolaan peserta didik kemudian mengkaji pengelolaan peserta didik sekolah tempat magang, penulis memiliki pemahaman tentang PPDB, bahwa besarnya minat orang tua siswa yang ingin menyekolahkan putra-putrinya di SMAN Jatinangor merupakan satu masalah tersendiri dalam pengelolaan sekolah terkhusus pada proses penerimaan calon siswa. Jumlah pendaftar setiap tahunnya jauh melebihi kapasitas daya tampung yang dipersiapkan sekolah. Bertambahnya sekolah-sekolah baru yang ada di kecamatan Jatinangor tidak mengurangi jumlah pendaftar calon siswa baru setiap tahun. SMAN Jatinangor adalah sekolah yang dijadikan prioritas utama oleh para pendaftar.
Mengantisipasi adanya protes-protes terhadap hasil seleksi penerimaan calon siswa baru maka tahapan-tahapan seleksi termasuk kriteria kelulusan hendaknya disosialisasikan kepada orang tua calon siswa, masyarakat ataupun pihak lain yang memiliki kepentingan untuk itu.
Menurut pengalaman penulis selama mengabdi di SMAN Jatinangor, hal yang tidak bisa dihindari oleh kepala sekolah dan panitia seleksi PPDB adalah adanya nota-nota sakti dari pejabat-pejabat daerah yang menginginkan agar calon siswa tertentu diterima tanpa memperhatikan persyaratan normatif dari calon siswa tersebut. Hal inilah yang sering menjadi sorotan masyarakat umum sehingga mereka juga berharap diperlakukan sama artinya anak-anak mereka juga harus dinyatakan lulus dan diterima sebagai calon siswa baru SMAN Jatinangor. Dengan banyaknya kejadian-kejadian seperti tersebut, akhirnya jumlah siswa yang sedianya hanya untuk 36 siswa perkelas menjadi sampai 40 perkelas dengan terlebih dahulu memperoleh rekomendasi dari Dinas Pendidikan.
Perencanaan penerimaan peserta didik baru, dan pengetahuan tentang kegiatan-kegiatan pengembangan diri siswa yang dikembangkan berdasarkan bakat, minat, kreativitas dan kemampuan siswa. Untuk mengembangkan penguasaan kompetensi dalam pengelolaan peserta didik, penulis akan lebih banyak membaca bahan-bahan pembelajaran terkait pengelolaan peserta didik dari berbagai sumber.
6.    Kajian Pengelolaan Keuangan
Setelah mempelajari dan mengkaji  pengelolaan keuangan sekolah tempat magang, penulis dapat mengetahui sumber-sumber keuangan sekolah yang diterima baik dari pusat (APBNP) maupun daerah (APBD 1 dan APBD 2) dan orang tua siswa melalui komite sekolah.Serta dapat memahami rencana anggaran kegiatan sekokah (RAKS) untuk merencanakan program kegiatan sekolah yang mencakup delapan standar.  Namun penulis masih kurang memahami pengetahuan mengenai bentuk laporan pertanggung jawaban penggunaan keuangan sekolah hanya sedikit mengetahui tentang cara penyusunan SPJ dalam setiap kegiatan. Untuk memaksimalkan penguasaan tentang pengelolaan keuangan sekolah secara keseluruhan, penulis harus mempelajari contoh laporan pertanggungjawaban keuangan sekolah tempat magang.
7.   Kajian TIK dalam Pembelajaran
Setelah mempelajari dan mengkaji TIK dalam pembelajaran kemudian mengkaji pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sekolah tempat magang, penulis mendapat informasi tentang sumber daya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah yang masuk dalam ketegori TIK serta mendapat gambaran kompetensi pendidik (guru) dalam penguasaan TIK.
Televisi dan tape recorder adalah salah satu teknologi informasi dan komunikasi yang tetap harus  di gunakan dalam pembelajaran di SMAN Jatinangor. Hanya saja pemanfaatannya masih belum maksimal karena dari dua  unit TV yang dimiliki sekolah tidak berfungsi. Guru yang memanfaatkan tape recorder dalam pembelajaran hanya guru-guru bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa sunda,  bahasa Jepang, dan kesenian.
Komputer adalah teknologi yang sudah belasan tahun terakhir sangat banyak digunakan dalam pembelajaran. Komputer sangat banyak membantu guru dalam menampilkan macam-macam peragaan yang sulit dilakukan guru dengan alat lainnya. Misalnya, guru biologi dapat dengan mudah memperagakan organ-organ tubuh dengan bantuan komputer dan masih banyak lagi kemudahan lainnya. Guru-guru dapat menganalisis hasil ulangan dengan cepat dengan menggunakan pasilitas pengolah angka pada komputer. Singkatnya, komputer dengan berbagai program yang tersedia di dalamnya sangat bermanfaat dalam menunjang keberhasilan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Sekitar 90% guru SMA Negeri Jatinangor sudah memiliki komputer pribadi atau laptop dan sekitar 85% sudah mampu mengoperasikan komputer dasar. Semua perangkat pembelajaran guru sudah diketik dengan menggunakan komputer, artinya tidak ada lagi silabus atau RPP yang diketik dengan menggunakan mesin ketik atau ditulis tangan.
Kemampuan guru dalam mengoperasikan komputer masih tingkat menengah. Hanya sekitar 45 orang guru dari 60 orang  guru yang sudah menguasai beberapa program komputer misalnya MS Word, MS Excel dan Power Point. Sebagai peserta diklat Cakep pada kegiatan OJL, penulis berbagi ilmu kepada teman-teman guru SMAN Jatinangor tentang beberapa fasilitas MS. Word dan MS. Excel misalnya penggunaan Mail Merger, menganalisis ulangan dengan pengolah angka (MS. Excel).
8.   Kajian Tenaga Administrasi Sekolah
Setelah mempelajari dan mengkaji TAS dalam pembelajaran, kemudian mengkaji pemanfaatan TAS, penulis dapat mengetahuiempat dimensi kompetensi TAS yang diharapkan dapat dibina oleh kepala sekolah berdasarkan permendiknas nomor 24 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah. Kemudian setelah wawancara dengan kepala sekolah, kepala  tenaga administrasi dan pengalaman penulis mengabdi di sekolah magang, model pembinaan yang berupa pemberian sanksi dan reward belum dilakukan kepala sekolah. Bentuk pembinaan dengan pemberian sanksi dapat dilakukan bagi tenaga administrasi yang sudah banyak melakukan pelanggaran-pelanggaran sesuai dengan kode etik, tugas dan fungsinya. Demikian pula bentuk pembinaan dengan pemberian reward atau penghargaan bagi tenaga administrasi yang memiliki prestasi supaya mereka lebih semangat dalam menjalankan tugas-tugas dan fungsinya.
9.   Kajian Sistem Monitoring dan Evaluasi
Setelah mempelajari dan mengkaji bahan pembelajaran monitoring dan evaluasi program sekolah, penulis memahami pengertian, tujuan, prinsip dan proses monitoring dan evaluasi (monev) program sekolah. Penulis belum mendapatkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh sekolah magang berdasarkan prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi sehingga belum memperoleh pengetahuan yang optimal, yaitu paham secara teori dan praktek. Untuk meningkatkan penguasaan kompetensi penulis dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi program sekolah, maka penulis berharap agar dapat dilibatkan secara langsung dalam pelaksanaan monev program-program sekolah didalam waktu dan kesempatan lain atau di tahun yang akan datang.

1 komentar :

  1. trims atas muatan nya pak,mohon bantuannya lagi tentang laporannya yg lengkap pak,

    BalasHapus