Jumat, 26 April 2013

BAB I




BAB I 
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Ojl
Lembaga pendidikan formal atau sekolah dikonsepsikan untuk mengemban fungsi refroduksi, penyadaran, dan mediasi secara simultan. Fungsi-fungsi sekolah itu diwadahi melalui proses pendidikan dan pembelajaran untuk meningkatkan  kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumberdaya untuk mencapai peluang kewirausahaan menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda ( create new and different view)melalui berpikir kreatif dan inovatif. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan  dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.
Sekolah sebagai tempat pelaksanaan proses belajar mengajar perlu dikelola secara baik dan benar. Keberhasilan suatu sekolah mencapai tujuan yang diharapkan sangat tergantung kepada bagaimana kemampuan kepala sekolah dalam meminijnya terhadap segala sumber daya yang dimiliki sekolah tersebut. Sumber daya sekolah yang memadai bukan jaminan akan mewujudkan harapan-harapan warga sekolah yang telah dirumuskan menjadi visi, misi,strategi dan tujuan sekolah tersebut jika kepala sekolah sebagai pimpinan tidak mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik.
Kepala sekolah itu adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin, dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkanmutu pendidikan dan kesejahtraan. Sebagai seorang guru, kepala sekolah pada hakekatnya adalah juga pendidik yang harus mampu membina guru-guru, staf, dan siswa disekolahnya menjadi lebih kreatif dan selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dengan adanya tugas tambahan tersebut, kepala sekolah tidak hanya dituntut untuk membina guru saja, tetapi lebih dari itu, juga dituntut untuk mempengaruhi, menggerakan, mengembang-kan, dan memberdayakan seluruh komponen sekolah lainnya termasuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan melalui kerja keras dalam penataan lingkungan sekolah dan mampu menggali potensi, minat, dan bakat semua warga sekolah, demi tercapainya kesuksesan.
Tuntutan-tuntutan ini adalah merupakan tugas-tugas yang baru bagi seorang guru yang diberi tugas tambahan kepala sekolah. Disisi lain, tujuan utama sekolah berupa peningkatan mutu pendidikan hanya dapat diraih jika seluruh komponen sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing melalui pembinaan dan pengelolaan seorang kepala sekolah yang profesional.
Karena begitu banyaknya tugas-tugas baru seorang kepala sekolah maka untuk menjadi seorang kepala sekolah yang profesional tentu tidaklah mudah. Diperlukan waktu yang cukup untuk belajar bagaimana melaksanakan tugas-tugas yang baru tersebut. Pelatihan, pembimbingan dan pembinaan bagi calon kepala sekolah merupakan upaya-upaya yang mesti dilakukan oleh pihak terkait dalam rangka melahirkan pemimpin sekolah yang berkualitas yang diharapkan mampu untuk memimpin dan mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Permendikas RI nomor 28 tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah memberikan angin segar bagi peningkatan profesionalisme seorang kepala sekolah ataupun calon kepala sekolah. Dalam permendiknas tersebut dijelaskan bahwa seorang guru yang telah dinyatakan lulus seleksi calon kepala sekolah diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagai kegiatan pemberian pengalaman pembelajaran teoretik maupun praktik yang bertujuan untuk menumbuh-kembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Berdasarkan permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar kompetensi kepala sekolah menetapkan dimensi kepribadian memuat 7 kompetensi, manajerial memuat 16 kompetensi, kewirausahaan memuat 5   kompetensi, supervisi memuat 3 kompetensi dan sosial memuat 3 kompetensi. Tingkat kemampuan kepala sekolah dalam mempengaruhi, menggerakan, mengembangkan, dan memberdayakan sumber daya sekolah dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya adalah harus memahami kompetensi kewirausahaan.
 SMA Negeri Jatinangor sebagai sekolah tempat mengajar penulis memiliki 60 tenaga pendidik terdiri dari; 50 orang guru PNS dan 10 orang guru non PNS yang berfungsi sebagai tenaga pengajar, merupakan guru yang cukup untuk terlibat dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Namun kenyataannya, guru yang demikian banyak jumlahnya sebagian keciltidak mampu mengembangkan keprofesionalismeannya sebagai tenaga pendidik misalnya sebagain kecil belum melaksanakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang sesuai dengan RPP yang disusunnya,tidak berpikir kreatif, inovatif dan tidak memiliki jiwa kewirausahaan. Sehingga tidak kelihatan prestasi kerjanya.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama mengabdi di SMA Negeri Jatinangor, menemukan beberapa orang tenaga pendidikyang tidak menunjukan kreativitas dalam pembelajaran baik dalam prestasi akademik maupun non akademik. Sebagian lagi masih ada guru yang tidak tepat waktu dalam mengajar.
Diklat yang diikuti calon kepala sekolah dalam kegiatan tatap muka (in servis-1) dalam waktu 8 hari  merupakan modal awal untuk menjalani praktek lapangan On the Job Learning (OJL) selama kurang lebih  200 jam (selama 2 bulan). Kegiatan OJL penting bagi peserta diklat untuk mempraktekkan kompetensi yang telah dipelajari selama kegiatan tatap muka. Dalam OJL dipraktekkan bagaimana mengkaji,  pengelolaan  RKS/RKJM, pengelolaan kurikulum, pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan sarana prasarana (SARPRAS), pengelolaan peserta didik, pengelolaan keuangan, pemanfaatan TIK dalam pembelajaran,  mengkaji sistem monitoring dan evaluasi (MONEV), serta program supervisi akademik.
Sehubungan dengan hasil penilaian Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) penulis sebagai peserta diklat calon kepala sekolah ditemukan kelemahan pada kompetensi kewirausahaan, Sedangkan hasil analisis Evaluasi Diri Sekolah  (EDS) ditemukan kelemahan pada standar proses.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengangkat judul laporan “Upaya Peningkatan Kompetensi dan Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan di SMA Negeri Jatinangor. dengan sub judul dari AKPK adalah: Upaya Meningkatkan Kompetensi Kewirausahaan Melalui Kerja Keras dalam Penataan Lingkungan Sekolah, dan dari EDS adalah: Peningkatan Penyelenggaraan Pendidikan Melalui Pembelajaran yang Interaktif, Inspiratif, Menyenangkan, dan Menantang Sesuai dengan RPP Sosiologi dan Mata Pelajaran lain yang disusunnya di SMAN Jatinangor.

B.   Tujuan Ojl
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Meningkatkan kompetensi kewirausahaan melalui kerja kerasdalam penataan lingkungan sekolah.
2. Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan melalui IHT dengan pembelajaran  interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang sesuai dengan RPP yang disusunnya di SMA Negeri Jatinangor.
 

C.   Hasil yang Diharapkan
Adapun hasil yang diharapkan tercapai oleh penulis setelah melakukan kegiatan Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK) yaitu:
1.     Meningkatnyakompetensikewirausahaan melaluikerjakerasdalam penataan lingkungan sekolah.
2.     Meningkatnya hasil penyelenggaraan pendidikan melalui IHT pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang sesuai mdengan RPP yang disusunnya di SMA Negeri Jatinangor.

1 komentar :

  1. Saya mahasiswa Bapak di Kelas B2 Cirebon. Semoga Bapak masih ingat ketika Bapak menyampaikan materi kuliah Kapita Selekta Pendidikan. Mohon saran di http://bagawanabiyasa.wordpress.com

    BalasHapus