|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ojl
Lembaga pendidikan formal atau sekolah dikonsepsikan
untuk mengemban fungsi refroduksi, penyadaran, dan mediasi secara simultan.
Fungsi-fungsi sekolah itu diwadahi melalui proses pendidikan dan pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumberdaya untuk mencapai peluang
kewirausahaan menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda ( create
new and different view)melalui berpikir kreatif dan inovatif. Pada
hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki
kemauan dalam mewujudkan gagasan
inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif.
Sekolah
sebagai tempat pelaksanaan proses belajar mengajar perlu dikelola secara baik
dan benar. Keberhasilan suatu sekolah mencapai tujuan yang diharapkan sangat
tergantung kepada bagaimana kemampuan kepala sekolah dalam meminijnya terhadap
segala sumber daya yang dimiliki sekolah tersebut. Sumber daya sekolah yang
memadai bukan jaminan akan mewujudkan harapan-harapan warga sekolah yang telah
dirumuskan menjadi visi, misi,strategi dan tujuan sekolah tersebut jika kepala
sekolah sebagai pimpinan tidak mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
dengan baik.
Kepala
sekolah itu adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin, dan
mengelola sekolah dalam upaya meningkatkanmutu pendidikan dan kesejahtraan.
Sebagai seorang guru, kepala sekolah pada hakekatnya adalah juga pendidik yang
harus mampu membina guru-guru, staf, dan siswa disekolahnya menjadi lebih kreatif
dan selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran. Dengan adanya tugas tambahan
tersebut, kepala sekolah tidak hanya dituntut untuk membina guru saja, tetapi
lebih dari itu, juga dituntut untuk mempengaruhi, menggerakan, mengembang-kan,
dan memberdayakan seluruh komponen sekolah lainnya termasuk meningkatkan
kompetensi kewirausahaan melalui kerja keras dalam penataan lingkungan sekolah
dan mampu menggali potensi, minat, dan bakat semua warga sekolah, demi tercapainya
kesuksesan.
Tuntutan-tuntutan
ini adalah merupakan tugas-tugas yang baru bagi seorang guru yang diberi tugas tambahan kepala sekolah.
Disisi lain, tujuan utama sekolah berupa peningkatan mutu pendidikan hanya
dapat diraih jika seluruh komponen sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing melalui pembinaan dan pengelolaan seorang kepala
sekolah yang profesional.
Karena
begitu banyaknya tugas-tugas baru seorang kepala sekolah maka untuk menjadi
seorang kepala sekolah yang profesional tentu tidaklah mudah. Diperlukan waktu
yang cukup untuk belajar bagaimana melaksanakan tugas-tugas yang baru tersebut.
Pelatihan, pembimbingan dan pembinaan bagi calon kepala sekolah merupakan
upaya-upaya yang mesti dilakukan oleh pihak terkait dalam rangka melahirkan
pemimpin sekolah yang berkualitas yang diharapkan mampu untuk memimpin dan
mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Permendikas RI nomor 28 tahun 2010
tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah memberikan angin segar bagi
peningkatan profesionalisme seorang kepala sekolah ataupun calon kepala
sekolah. Dalam permendiknas tersebut dijelaskan bahwa seorang guru yang telah
dinyatakan lulus seleksi calon kepala sekolah diharuskan mengikuti pendidikan
dan pelatihan sebagai kegiatan pemberian pengalaman pembelajaran teoretik
maupun praktik yang bertujuan untuk menumbuh-kembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,
kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Berdasarkan
permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang standar kompetensi kepala sekolah
menetapkan dimensi kepribadian memuat 7 kompetensi,
manajerial
memuat 16 kompetensi, kewirausahaan memuat 5 kompetensi, supervisi memuat 3 kompetensi
dan sosial memuat 3 kompetensi. Tingkat kemampuan kepala
sekolah dalam mempengaruhi, menggerakan, mengembangkan, dan memberdayakan sumber
daya sekolah dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya
adalah harus memahami kompetensi kewirausahaan.
SMA Negeri Jatinangor sebagai sekolah tempat
mengajar penulis memiliki 60 tenaga pendidik terdiri dari; 50 orang guru PNS
dan 10 orang guru non PNS yang berfungsi sebagai tenaga pengajar, merupakan guru
yang cukup untuk terlibat dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Namun
kenyataannya, guru yang demikian banyak jumlahnya sebagian keciltidak mampu
mengembangkan keprofesionalismeannya sebagai tenaga pendidik misalnya sebagain
kecil belum melaksanakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan
dan menantang sesuai dengan RPP yang disusunnya,tidak berpikir kreatif,
inovatif dan tidak memiliki jiwa kewirausahaan. Sehingga tidak kelihatan prestasi
kerjanya.
Berdasarkan
hasil pengamatan penulis selama mengabdi di SMA Negeri Jatinangor, menemukan
beberapa orang tenaga pendidikyang tidak menunjukan kreativitas dalam
pembelajaran baik dalam prestasi akademik maupun non akademik. Sebagian lagi masih ada guru yang tidak tepat waktu dalam
mengajar.
Diklat yang diikuti calon kepala sekolah dalam
kegiatan tatap muka (in servis-1) dalam waktu 8 hari
merupakan modal awal untuk menjalani praktek lapangan On the Job Learning (OJL)
selama kurang lebih 200 jam (selama 2 bulan).
Kegiatan OJL penting bagi peserta diklat untuk mempraktekkan kompetensi yang
telah dipelajari selama kegiatan tatap muka. Dalam OJL dipraktekkan bagaimana
mengkaji, pengelolaan RKS/RKJM, pengelolaan kurikulum, pengelolaan
pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan sarana prasarana (SARPRAS),
pengelolaan peserta didik, pengelolaan keuangan, pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran, mengkaji sistem monitoring
dan evaluasi (MONEV), serta program supervisi akademik.
Sehubungan
dengan hasil penilaian Analisis
Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) penulis sebagai
peserta diklat calon kepala sekolah ditemukan
kelemahan
pada kompetensi kewirausahaan, Sedangkan hasil analisis Evaluasi Diri Sekolah (EDS) ditemukan kelemahan pada standar
proses.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
mengangkat judul laporan “Upaya Peningkatan Kompetensi dan Kualitas
Penyelenggaraan Pendidikan di SMA Negeri Jatinangor”. dengan sub judul dari AKPK adalah: Upaya Meningkatkan Kompetensi
Kewirausahaan Melalui Kerja Keras dalam Penataan Lingkungan Sekolah, dan dari
EDS adalah: Peningkatan Penyelenggaraan Pendidikan Melalui Pembelajaran yang
Interaktif, Inspiratif, Menyenangkan, dan Menantang Sesuai dengan RPP Sosiologi
dan Mata Pelajaran lain yang disusunnya di SMAN Jatinangor.
B. Tujuan Ojl
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Meningkatkan
kompetensi kewirausahaan melalui kerja kerasdalam
penataan lingkungan sekolah.
2. Meningkatkan
penyelenggaraan pendidikan melalui IHT dengan pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan
menantang sesuai dengan RPP yang disusunnya di SMA Negeri Jatinangor.
C. Hasil yang Diharapkan
Adapun hasil yang diharapkan
tercapai oleh penulis setelah melakukan kegiatan Rencana Tindak Kepemimpinan
(RTK) yaitu:
1. Meningkatnyakompetensikewirausahaan
melaluikerjakerasdalam penataan lingkungan sekolah.
2. Meningkatnya hasil
penyelenggaraan pendidikan melalui IHT pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, dan menantang sesuai mdengan RPP yang disusunnya di
SMA Negeri Jatinangor.
Saya mahasiswa Bapak di Kelas B2 Cirebon. Semoga Bapak masih ingat ketika Bapak menyampaikan materi kuliah Kapita Selekta Pendidikan. Mohon saran di http://bagawanabiyasa.wordpress.com
BalasHapus